Selasa, 02 Desember 2008

Dermatitis Kontak

Definisi

Dermatitis kontak adalah inflamasi pada kulit yang terjadi karena kulit telah terpapar oleh bahan yang mengiritasi kulit atau menyebabkan reaksi alergi. Dermatitis kontak akan menyebabkan ruam yang besar, gatal dan rasa terbakar dan hal ini akan bertahan sampai berminggu-minggu. Gejala dermatitis kontak akan menghilang bila kulit sudah tidak terpapar oleh bahan yang mengiritasi kulit tersebut.

Penyebab

Tergantung dari penyebabnya, dermatitis kontak dibagi 2, yaitu:

  • Dermatitis Kontak Iritan (DKI)

Dermatitis kontak iritan dicetuskan dari paparan ke bahan yang toksin atau iritatif ke kulit manusia, dan tidak disebabkan reaksi alergi. Pada anak-anak, bahan iritan yang paling sering menyebabkan DKI adalah popok bayi. Hal ini akan menyebabkan keadaan yang dinamakan “diaper dermatitis”, reaksi kulit di daerah yang terpapar popok bayi yang disebabkan kontak terlalu lama dengan bahan kimia alami terdapat di air seni dan tinja. Selain itu dapat pula DKI terjadi di sekitar mulut karena kulit terpapar dengan makanan bayi ataupun air liur. Pada orang dewasa, DKI terjadi seringkali karena paparan sabun dan deterjen.

  • Dermatitis Kontak Alergi (DKA)

Dermatitis kontak alergi adalah reaksi kekebalan tubuh yang terjadi pada seseorang yang terlalu sensitif terhadap bahan kimia tertentu. Pada DKA, peradangan mungkin belum terjadi sampai 24 – 36 jam jam setelah kontak dengan bahan kimia tersebut. Bentuk alergi berbeda dari satu orang ke orang lain. Alergen (bahan yang menyebabkan alergi) yang biasa menjadi penyebab DKA adalah bahan kimia yang mengandung nikel yang banyak terdapat di jam tangan, perhiasan logam, resleting dan objek logam lainnya; neomisin pada antibiotik salep kulit; potassium dikromat, bahan kimia yang sering terdapat pada sepatu kulit dan baju; latex pada sarung tangan dan pakaian karet.

Gejala

Dermatitis kontak biasanya hanya terjadi di tempat yang berkontak langsung dengan alergen, walaupun beberapa kasus yang berat dapat mengenai daerah di luar yang berkontak langsung atau meluas ke seluruh tubuh. Terkadang alergen berpindah dari jari tangan, sehingga daerah yang tidak terpikirkan akan terkena seperti daerah kelopak mata atau kemaluan.

Gejala dan tanda dematitis kontak antara lain:

  • Bintik-bintik atau benjolan kemerahan
  • Gatal dan bengkak
  • Keluar cairan dari kulit yang terkena atau timbul lenting-lenting dan bula pada kasus yang berat

· Kemerahan atau lenting pada kulit terbatas pada area yang terkena saja

Gambar 1. DKA karena nikel pada jam tangan

Gambar 2. DKI karena air liur

Gambar 3. DKI karena deterjen saat mencuci pakaian

Pengobatan

Hal paling penting dalam pengobatan dermatitis kontak adalah mengidentifikasi penyebab iritasi dan kemudian menghindarinya. Bila hal ini dilakukan, dibutuhkan waktu dua sampai empat minggu untuk pemulihan iritasi dan kemerahan pada kulit.

Pada kasus ringan dan sedang, penghindaran bahan iritan (penyebab iritasi) dan penggunaan krim yang mengandung hidrokortison (kortikosteroid) dapat membantu mengurangi gatal dan kemerahan di kulit. Pada kasus yang berat, obat yang diminum jenis kortikosteroid dan antiradang diperlukan untuk mengurangi peradangan dan gatal.

Pencegahan

Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan yang telah disebutkan di atas. Strategi pencegahan meliputi:

  • Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari kulit.
  • Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk menghindari kontak dengan bahan pembersih.
  • Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan.

Diare

Definisi
Diare adalah peningkatan jumlah ( tiga kali atau lebih) atau penurunan konsistensi dari tinja (menjadi lunak atau cair) dalam waktu 24 jam.

Diare dapat dibagi menjadi akut (kurang dari 14 hari) dan persisten (lebih dari 14 hari) dan kronik (lebih dari 1 bulan)
Gejala dan tanda
Konsistensi feses menurun (cair) dengan/ tanpa darah, suhu badan mungkin meningkat (demam), nyeri perut, sakit kepala, nafsu makan tidak ada/ berkurang, lemah, mual, muntah, mialgia (nyeri otot), cengeng, gelisah, ,
Pemeriksaan penunjang

  • Pemeriksaan tinja : makroskopis dan mikroskopis
  • Pemeriksaan darah: darah perifer lengkap, analisa gas darah dan elektrolit
  • Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah
  • Duodenal intubation

Penatalaksanaan
Pastikan tanda-tanda dehidrasi, cegah perburukan dan bawa ke fasilitas kesehatan :
Tanda-tanda dehidrasi pada anak

  1. tanpa dehidrasi: sadar, mau minum normal,kelopak mata normal, air mata banyak, mulut tidak kering, kulit tidak keriput. Urin normal. Berat badan turun<5%.>
  2. dehidrasi ringan-sedang : rewel, gelisah, tampak kehausan dan minum dengan cepat, kelopak mata cekung, air mata berkurang, mulut kering, kulit pucat, urin berkurang, berat badan turun 5-10% dari BB sebelumnya. Diberikan rehidrasi dengan CRO 75mg/kgBB/3jam dan penggantian cairan sama seperti dehidrasi ringan.
  3. dehidrasi berat : lemah, tidak sadar, tidak mau minum, kelopak mata sangat cekung, sangat kering, kulit pucat, berat badan turun>10%bb sebelumnya. Terapi rehidrasi dengan cairan intravena (infus) untuk itu segera dibawa ke fasilitas kesehatan.

Demam Tifoid

Definisi

Demam Tifoid adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.

Demam tifoid merupakan penyakit endemis di beberapa Negara berkembang, dimana sanitasi lingkungan kurang dijaga dengan baik.

Bakteri tifoid ditemukan di dalam tinja dan air kemih penderita. Penyebaran bakteri ke dalam makanan atau minuman bisa terjadi akibat pencucian tangan yang kurang bersih setelah buang air besar maupun setelah berkemih. Lalat bisa menyebarkan bakteri secara langsung dari tinja ke makanan.

Bakteri Salmonella typhi masuk ke dalam saluran pencernaan dan bisa masuk ke dalam peredaran darah. Hal ini akan diikuti oleh terjadinya peradangan pada usus halus dan usus besar. Pada kasus yang berat, yang bisa berakibat fatal, jaringan yang terkena bisa mengalami perdarahan dan perforasi (perlubangan).

Sekitar 3% penderita yang terinfeksi oleh Salmonella typhi dan belum mendapatkan pengobatan, di dalam tinjanya akan ditemukan bakteri ini selama lebih dari 1 tahun.
Beberapa dari pembawa bakteri ini tidak menunjukkan gejala-gejala dari demam tifoid.

Gejala dan tanda

Biasanya gejala mulai timbul secara bertahap dalam waktu 8-14 hari setelah terinfeksi.
Gejalanya bisa berupa demam, sakit kepala, nyeri sendi, sakit tenggorokan, sembelit, penurunan nafsu makan dan nyeri perut. Kadang penderita merasakan nyeri ketika berkemih dan terjadi batuk serta perdarahan dari hidung.

Jika pengobatan tidak dimulai, maka suhu tubuh secara perlahan akan meningkat dalam waktu 2-3 hari, yaitu mencapai 39,4-40°C selama 10-14 hari. Panas mulai turun secara bertahap pada akhir minggu ketiga dan kembali normal pada minggu keempat. Demam seringkali disertai oleh denyut jantung yang lambat dan kelelahan yang luar biasa.

Pada kasus yang berat bisa terjadi delirium, stupor atau koma.

Pada sekitar 10% penderita timbul sekelompok bintik-bintik kecil berwarna merah muda di dada dan perut pada minggu kedua dan berlangsung selama 2-5 hari.

Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan biakan darah, tinja, air kemih atau jaringan tubuh lainnya guna menemukan bakteri penyebabnya.

Pengobatan

Tirah baring selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali. Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat disembuhkan. Antibiotik yang banyak digunakan adalah kloramfenikol 100mg/kg/hari dibagi dalam 4 dosis selama 10 hari. Dosis maksimal kloramfenikol 2g/hari. Kloramfenikol tidak bias diberikan bila jumlah leukosit <>

Komplikasi

Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan sempurna, tetapi bisa terjadi komplikasi, terutama pada penderita yang tidak diobati atau bila pengobatannya terlambat:

  • Banyak penderita yang mengalami perdarahan usus; sekitar 2% mengalami perdarahan hebat. Biasanya perdarahan terjadi pada minggu ketiga.
  • Perforasi usus terjadi pada 1-2% penderita dan menyebabkan nyeri perut yang hebat karena isi usus menginfeksi ronga perut (peritonitis).
  • Pneumonia bisa terjadi pada minggu kedua atau ketiga dan biasanya terjadi akibat infeksi pneumokokus (meskipun bakteri tifoid juga bisa menyebabkan pneumonia).
  • Infeksi kandung kemih dan hati.
  • Infeksi darah (bakteremia) kadang menyebabkan terjadinya infeksi tulang (osteomielitis), infeksi katup jantung (endokarditis), infeksi selaput otak (meningitis), infeksi ginjal (glomerulitis) atau infeksi saluran kemih-kelamin.

Pada sekitar 10% kasus yang tidak diobati, gejala-gejala infeksi awal kembali timbul dalam waktu 2 minggu setelah demam mereda.

Pencegahan

Vaksin tifus per-oral (ditelan) memberikan perlindungan sebesar 70%, namun vaksin ini hanya diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar oleh bakteri Salmonella typhi dan orang-orang yang memiliki resiko tinggi (termasuk petugas laboratorium dan para pelancong).

Hindari makan sayuran mentah dan makanan lainnya yang disajikan atau disimpan di dalam suhu ruangan dan pilih makanan yang masih panas atau makanan yang dibekukan, minuman kaleng dan buah berkulit yang bisa dikupas.

Demam Chikungunya

Definisi
Demam chikungunya adalah penyakit virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk (aedes sp) yang terinfeksi. Penyakit ini digambarkan sebagai demam dengue yang mempunyai karakteristik nyeri persendian yang hebat dan kadang terus menerus (artritis) dan diikuti demam dan kemerahan pada kulit. Penyakit ini jarang mengancam jiwa, namun bisa menyerang siapa saja. Penyakit ini merupakan penyakit epidemik yang timbul dalam jangka waktu 7-8 tahun namun bisa sampai 20 tahun baru timbul kembali.
Tempat yg sering jadi sarang nyamuk yaitu air bersih yang tergenang, seperti:

  • di bak mandi
  • di vas bunga
  • di pot tanaman
  • di sangkar burung peliharaan
  • di barang-barang bekas (sampah)

Gejala Klinis

Gejala klinis yang timbul mirip dengan demam dengue yaitu demam, sakit kepala, meriang, mual , lemah, muntah, nyeri sendi dan bercak kemerahan pada kulit. Yang membedakan gejala penyakit ini dengan demam dengue adalah nyeri di persendian yang hebat dan kadang terus menerus sehingga tangan dan kaki sulit digerakkan. Seringkali pada anak tidak timbul gejala apapun.

Pemeriksaan Laboratorium

Chikungunya dapat di diagnosis dengan pemeriksaan darah ELISA. Karena gejala klinis chikungunya sangat mirip dengan demam dengue maka pemeriksaan laboratorium sangat penting, terutama pada daerah yang mempunyai demam dengue.

Tatalaksana

Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk demam chikungunya. Secara umum pengobatan yang dapat dilakukan bersifat suportif dengan hanya mengurangi gejala demam dengan antipiretik, non-steroid anti-inflamasi drugs (NSAID) untuk mengurangi nyeri pada sendi dan banyak istirahat dan meningkatkan asupan gizi dapat mempercepat kesembuhan. Bila curiga terkena penyakit ini segera cari pertolongan (laporkan) ke puskesmas, klinik dokter keluarga, dokter terdekat.

Pencegahan

Tidak ada vaksin untuk melawan infeksi dari virus ini. Pencegahan sangat bergantung dari cara kita menghindari gigitan nyamuk dan mengontrol sarang nyamuk.

  • Tips untuk menghidari gigitan nyamuk
  • Gunakan baju dan celana yang menutupi seluruh lengan dan tungkai.
  • Gunakan obat anti nyamuk
  • Penggunaan kelambu
  • Tips untuk mengurangi sarang nyamuk

Sama dengan pemberantasan sarang nyamuk Aedes pada penyakit demam berdarah

  • Kuras tempat penyimpanan air (bak mandi, drum, dll) seminggu sekali
  • Tutup tempat penympanan air
  • Ganti air dalam vas bunga dan pot tanaman
  • Kubur sampah yang bisa menampung air
  • Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras, taburkan bubuk Abate ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali atau peliharalah ikan ditempat itu.
  • Takaran penggunaan bubuk Abate adalah sebagai berikut : untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk Abate atau 10 gram untuk 100 liter dan seterusnya. Bila tidak ada alat untuk menakar, gunakan sendok makan. Satu sendok makan peres (yang diratakan diatasnya) berisi 10 gram Abate. Anda tinggal membaginya atau menambahnya sesuai dengan banyaknya air yang akan diabatisasi. Takaran tak perlu tepat betul.

Creeping Eruption

DEFINISI

Kelainan kulit yang merupakan peradangan berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dan progresif, disebabkan oleh invasi larva cacing tambang yang berasal dari anjing dan kucing.


PENYEBAB
Penyebabnya adalah cacing tambang yang biasa hidup di dalam tubuh kucing atau anjing. Telur cacing masuk ke tubuh manusia melalui kontak kulit dengan telur yang berada di kotoran anjing atau kucing.


GEJALA
Masuknya telur ke dalam kulit biasanya disertai dengan rasa gatal dan panas. Mula-mula akan terbentuk papul, kemudian diikuti bentuk yang khas, yakni lesi berbentuk linear atau berkelok-kelok, menimbul dengan diameter 2-3 mm, dan berwarna kemerahan. Selanjutnya papul merah ini akan menjalar seperti benang berkelok-kelok, menimbul dan membentuk terowongan, mencapai panjang beberapa sentimeter. Rasa gatal biasanya lebih hebat pada malam hari. Infeksi biasanya menyerang kaki, tangan, anus, bokong dan paha.
larva-mig2.jpg

PENGOBATAN
Penyakit ini dapat sembuh sendiri. Dalam banyak kasus, penyakit ini akan sembuh sendiri tanpa pengobatan dalam 4-8 minggu. Namun, pengobatan yang efektif dapat mengurangi durasi penyakit ini. Anticacing seperti tiabendazol, albendazol, mebendazol dam ivermectin dapat digunakan. Larutan tiabendazol yang dioleskan merupakan pengobatan pilihan pertama pada awal gejala dan lesi yang terlokalisir. Pengobatan per oral diberikan bila lesi meluas atau pengobatan dengan larutan tiabendazol gagal.


PENCEGAHAN
Menggunakan sepatu di daerah endemis (daerah dimana angka kejadian infeksi cacing tambang tinggi) dapat mencegah penetrasi telur cacing lewat kaki.

Appendicitis



Definisi

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks. Apendiks disebut juga umbai cacing. Kita sering salah kaprah dengan mengartikan apendisitis dengan istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah sekum. Organ apendiks pada awalnya dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh). Organ ini cukup sering menimbulkan masalah kesehatan dan peradangan akut apendiks yang memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumya berbahaya.

Epidemiologi
Apendisitis paling sering ditemukan pada usia 20 sampai 40 tahun. Penyakit ini jarang ditemukan pada usia yang sangat muda atau orang tua, dikarenakan bentuk anatomis apendiks yang berbeda pada usia tersebut.

Penyebab
Kita sering mengasumsikan bahwa apendisitis berkaitan dengan makan biji cabai. Hal ini tidak sepenuhnya salah. Namun yang mendasari terjadinya apendisitis adalah adanya sumbatan pada saluran apendiks. Yang menjadi penyebab tersering terjadinya sumbatan tersebut adalah fekalit. Fekalit terbentuk dari feses (tinja) yang terperangkap di dalam saluran apendiks. Selain fekalit, yang dapat menyebabkan terjadinya sumbatan adalah cacing atau benda asing yang tertelan. Beberapa penelitian menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat terhadap timbulnya apendisitis. Kebiasaan makan makanan rendah serat dapat mengakibatkan kesulitan dalam buang air besar, sehingga akan meningkatkan tekanan di dalam rongga usus yang pada akhirnya akan menyebabkan sumbatan pada saluran apendiks.

Gejala Klinis
Gejala utama terjadinya apendisitis adalah adanya nyeri perut. Nyeri perut yang klasik pada apendisitis adalah nyeri yang dimulai dari ulu hati, lalu setelah 4-6 jam akan dirasakan berpindah ke daerah perut kanan bawah (sesuai lokasi apendiks). Namun pada beberapa keadaan tertentu (bentuk apendiks yang lainnya), nyeri dapat dirasakan di daerah lain (sesuai posisi apendiks). Ujung apendiks yang panjang dapat berada pada daerah perut kiri bawah, punggung, atau di bawah pusar. Anoreksia (penurunan nafsu makan) biasanya selalu menyertai apendisitis. Mual dan muntah dapat terjadi, tetapi gejala ini tidak menonjol atau berlangsung cukup lama, kebanyakan pasien hanya muntah satu atau dua kali. Dapat juga dirasakan keinginan untuk buang air besar atau kentut. Demam juga dapat timbul, tetapi biasanya kenaikan suhu tubuh yang terjadi tidak lebih dari 1oC (37,8 – 38,8oC). Jika terjadi peningkatan suhu yang melebihi 38,8oC. Maka kemungkinan besar sudah terjadi peradangan yang lebih luas di daerah perut (peritonitis).

Pemeriksaan Tambahan
Pada pemeriksaan laboratorium, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah putih hingga sekitar 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).

Pada pemeriksaan radiologi, foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71 – 97 %), terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 – 98 %). Dengan CT scan dapat terlihat jelas gambaran apendiks.

Meskipun terdapat beberapa pemeriksaan tambahan seperti diatas yang dapat membantu menegakkan diagnosis apendisitis, namun gejala klinis sangat memegang peranan yang besar.

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan standar untuk apendisitis adalah operasi. Pernah dicoba pengobatan dengan antibiotik, walaupun sembuh namun tingkat kekambuhannya mencapai 35 %. Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi). Setelah dilakukan pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7 – 10 hari.

Autisme

AUTISMEE

Defenisi
Autismee merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang mencakup bidang sosial dan fungsi afek, komunikasi verbal (bahasa) dan non verbal, imajinasi, fleksibilitas, lingkup interest (minat), kognisi dan atensi. Biasanya perilaku-perilaku yang sering dilaporkan oleh orang tua pasien adalah keterlambatan berbicara dari anak-anak biasanya, perilaku aneh acuh dan tak acuh, atau cemas jika anaknya dicurigai tuli. Kebiasaan abnormal ini biasanya sudah terlihatpada anak berusia 3 tahun. Pada saat-saat inilah biasanya orang tua menyadari bahwa anaknya memiliki kelainan, walaupun tak sepenuhnya sama.

Epidemiologi
Autisme adalah salah satu kasus yang jarang ditemui, tetapi jika pemeriksaan yang teliti dilakukan di suatu rumah sakit maka, kejadian autisme didapatkan sekitar 2- 5 setiap 10 000 anak di bawah umur 12 tahun. Pada anak-anak autis yang juga memiliki gangguan retardasi mental, maka prevalensinya mencapai antara 20 setiap 10 000 kasus. Penelitian di amerika memperkirakan anak-anak autisme mencapai 2 – 13 setiap 10000 anak. Gangguan autisme lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, perbandingan hingga 3 kali lebih sering

Patofisiologi / Etiologi
Penyebab pasti dari autisme belum diketahui. Yang pasti diketahui adalah bahwa penyebab dari autisme bukanlah salah asuh dari orang tua, beberapa penelitian membuktikan bahwa beberapa penyebab autisme adalah ketidakseimbangan biokimia, faktor genetic dan gangguan imunitas tubuh. Beberapa kasus yang tidak biasa disebabkan oleh infeksi virus (TORCH), penyakit- penyakit lainnya seperti fenilketonuria (penyakit kekurangan enzim), dan sindrom X (kelainan kromosom).
Menurut Lumbantobing (2000), penyebab autisme dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

  1. Faktor keluarga dan psikologi

Respon anak-anak terhadap stressor dari keluarga dan lingkungan.

  1. Kelainan organ-organ biologi dan neurologi (saraf)

Berhubungan dengan kerusakan organ dan saraf yang menyebabkan gangguan fungsi-fungsinya, sehingga menimbulkan keadaan autisme pada penderita

  1. Faktor genetik

Pada hasil penelitian ditemukan bahwa 2 - 4% dari saudara kandung juga menderita penyakit yang sama.

  1. Faktor kekebalan tubuh

Berhubungan pada masa kehamilan, faktor kekebalan tubuh ibu yang tidak dapat mencegah infeksi sehingga terjadi kerusakan jaringan saraf bayi .

  1. Faktor pada kehamilan dan kelahiran
  2. Faktor biokimia

Gejala
Gejala pada anak autismee sudah tampak sebelum anak berusia 3 tahun, yaitu antara lain dengan tidak adanya kontak mata, dan tidak menunjukkan respon terhadap lingkungan. Jika kemudian tidak diadakan upaya terapi, maka setelah usia 3 tahun perkembangan anak terhenti atau mundur, seperti tidak mengenal suara orang tuanya dan tidak mengenali namanya.
Sedang menurut beberapa pakar tertentu , penderita autismee klasik memiliki 3 gejala yaitu :
- Gangguan interaksi sosial
- Hambatan dalam komunikasi ucapan dan bukan ucapan (bahasa tubuh dan isyarat)
- Kegiatan dan minat yang aneh atau sangat terbatas.
Sifat-sifat lainnya yang biasa ditemukan pada anak autismee adalah

  1. Sulit bergabung dengan anak-anak yang lain
  2. Tertawa atau cekikikan tidak pada tempatnya
  3. Menghindari kontak mata atau hanya sedikit melakukan kontak mata
  4. Menunjukkan ketidakpekaan terhadap nyeri
  5. Lebih senang menyendiri, menarik diri dari pergaulan
  6. Tidak membentuk hubungan pribadi yang terbuka
  7. Jarang memainkan permainan khayalan
  8. Memutar benda, terpaku pada benda tertentu
  9. Sangat tergantung kepada benda yang sudah dikenalnya dengan baik, secara fisik terlalu

aktif atau sama sekali kurang aktif

  1. Tidak memberikan respon terhadap cara pengajaran yang normal,
  2. Tertarik pada hal-hal yang serupa, tidak mau menerima atau mengalami perubahan
  3. Tidak takut akan bahaya
  4. Terpaku pada permainan yang ganjil
  5. Ekolalia (mengulang kata-kata atau suku kata)
  6. Tidak mau dipeluk
  7. Tidak memberikan respon terhadap kata-kata, bersikap seolah-olah tuli
  8. Mengalami kesulitan dalam mengungkapkan kebutuhannya melalui kata-kata, lebih
  9. senang meminta melalui isyarat tangan atau menunjuk
  10. Jengkel atau kesal membabi buta
  11. Melakukan gerakan atau ritual tertentu secara berulang-ulang

Anak autis mengalami keterlambatan bicara, mungkin menggunakan bahasa dengan cara yang aneh atau tidak mampu bahkan tidak mau berbicara sama jika seseorang berbicara dengannya, dia akan sulit memahami apa yang dikatakan kepadanya. Anak autis tidak mau menggunakan kata ganti yang normal (terutama menyebut dirinya sebagai kamu, bukan sebagai saya)
Pada beberapa kasus mungkin ditemukan perilaku agresif atau melukai diri sendiri
Kemampuan motorik (gerakan) kasar/halusnya ganjil (tidak ingin menendang bola tetapi dapat menyusun balok).

Gejala-gejala tersebut bervariasi, bisa ringan maupun berat, selain itu perilaku autismee biasanya berlawanan dengan berbagai keadaan yang terjadi dan tidak sesuai dengan usianya.
Untuk mendiagnosis autisme tidak memiliki tes medis, tetapi suatu diagnosis yang akurat harus berdasarkan pengamatan yang menyeluruh terhadap kemampuan berkomunikasi, perilaku dan tingkat perkembangan anak. Informasi yang didapat dari orang tua dari saat kehamilan hingga pertumbuhan anak sekarang dapat menunjang diagnosis yan tepat.


Tatalaksana
Tatalaksana autis dibagi menjadi 2 bagian

  1. Edukasi kepada keluarga

Keluarga memerankan peran yang penting dalam membantu perkembangan anak, karena orang tua adalah orang terdekat mereka yang dapat membantu untuk belajar berkomunikasi, berperilaku terhadap lingkungan dan orang sekitar, intinya keluarga adalah jendela bagi penderita untuk masuk ke dunia luar, walaupun diakui hal ini bukanlah hal yang mudah.

  1. Penggunaan obat-obatan

Penggunaan obat-obatan pada penderita autisme harus dibawah pengawasan dokter. Penggunaan obat-obatan ini diberikan jika dicurigai terdapat kerusakan di otak yang mengganggu pusat emosi dari penderita, yang seringkali menimbulkan gangguan emosi mendadak, agresifitas, hiperaktif dan stereotipik. Beberapa obat yang diberikan adalah Haloperidol (antipsikotik), fenfluramin, naltrexone (antiopiat), clompramin (mengurangi kejang dan perilaku agresif)

Dari beberapa penelitian terakhir, tatalaksana gangguan autisme yang berkembang aadalah terapi perilaku, terapi ini dipercaya terapi paling penting. Dasarnya adalah perilaku yang diinginkan dan yang tidak diinginkan bisa dikontrol atau dibentuk dengan system reward dan punishment. Pemberian hadiah akan meningkatkan munculnya perilaku yang diinginkan, sedangakan hukuman akan menurunkan perilaku yang tidak diinginkan.

Batu Ginjal

Betu Ginjal
Batu saluran kemih merupakan massa keras yang terbentuk dari pengendapan kristal yang ada di urin. Batu ini paling sering terbentuk didalam ginjal atau ureter (saluran kemih yang menghubungkan antara ginjal dengan kandung kemih). Namun dapat juga terbentuk dalam kandung kemih ataupun uretra (saluran yang menghubungkan antara kandung kemih dan alat kelamin). Berikut akan lebih dibicarakan tentang batu ginjal.

Batu ginjal dapat berukuran dari sekecil pasir hingga sebesar buah anggur. Kebanyakan dari batu ginjal yang terbentuk keluar bersama dengan urin tanpa menimbulkan keluhan. Jika batu ginjal berukuran besar (lebih dari 2-3 mm), barulah dapat menimbulkan keluhan karena tersumbatnya saluran kemih.

Penyebab
Batu ginjal kebanyakan tidak diketahui penyebabnya. Namun ada beberapa macam penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya batu ginjal, antara lain : renal tubular acidosis dan medullary sponge kidney.

Batu Ginjal

Jenis
Jenis batu ginjal yang paling sering (lebih dari 80 %) adalah yang terbentuk dari kristal kalsium oksalat. Pendapat konvensional mengatakan bahwa konsumsi kalsium dalam jumlah besar dapat memicu terjadinya batu ginjal. Namun, bukti-bukti terbaru malah menyatakan bahwa konsunsi kalsium dalam jumlah sedikitlah yang memicu terjadinya batu ginjal ini. Hal ini disebabkan karena dengan sedikitnya kalsium yang dikonsumsi, maka oksalat yang diserap tubuh semakin banyak. Oksalat ini kemudian melalui ginjal dan dibuang ke urin. Dalam urin, oksalat merupakan zat yang mudah membentuk endapan kalsium oksalat.
Jenis batu yang lain adalah yang terbentuk dari struvit (magnesium, ammonium, dan fosfat), asam urat, kalsium fosfat, dan sistin.

  • Batu struvit dihubungkan dengan adanya bakteri pemecah urea seperti Proteus mirabilis, spesies Klebsiela, Seratia, dan Providensia. Bakteri ini memecah urea menjadi ammonia yang pada akhirnya menurunkan keasaman urin.
  • Batu asam urat sering terjadi pada penderita gout, leukemia, dan gangguan metabolism asam-basa. Semua penyakit ini menyebabkan peningkatan asam urat dalam tubuh.
  • Batu kalsium fosfat sering berhubungan dengan hiperparatiroidisme dan renal tubular acidosis.
  • Batu sistin berhubungan dengan orang yang menderita sistinuria.

Gejala Klinis
Pada batu yang masih berukuran kecil dapat tidak memberikan gejala. Bahkan terkadang batu keluar sendiri saat buang air kecil yang sering terlihat sebagai kencing berpasir. Namun, pada batu yang berukuran lebih besar, maka dapat memberikan keluhan seperti dibawah ini :

  • Nyeri kolik

Nyeri yang disebabkan karena usaha untuk mengeluarkan batu, namun tersangkut di saluran kemih. Nyeri ini dirasakan sangat hebat dan hilang timbul.

  • Hematuria (ada darah di urin)
  • Nyeri saat berkemih, terutama saat batu bergerak
  • Buang air kecil sedikit, yang disebabkan tersumbatnya saluran kemih oleh batu
  • Mual dan muntah

Pemeriksaan Penunjan

  • Foto roentgen (x-ray) abdomen yang dapat dilanjutkan dengan pemberian kontras (intravenous pielogram)
  • Ultrasonografi, dapat dilakukan pada ibu hamil yang sebaiknya tidak dilakukan foto roentgen karena bahaya radiasinya
  • CT-scan, merupakan baku emas pemeriksaan batu ginjal
  • Pemeriksaan mikroskopik dari urin, yang dapat menunjukkan adanya protein, sel darah merah, dan kristal-kristal lainnya
  • Kultur dari urin untuk menyingkirkan adanya infeksi
  • Pemeriksaan darah lengkap
  • Pengumpulan urin 24 jam untuk melihat total dari urin yang keluar sehari, serta melihat kandungan magnesium, sodium, asam urat, kalsium, sitrat, oksalat, dan fosfat dalam urin secara kuantitatif.

Penatalaksanaan

Sekitar 90 % dari batu ginjal yang berukuran 4 mm dapat keluar dengan sendirinya melalui urin. Namun, kebanyakan batu berukuran lebih dari 6 mm memerlukan intervensi. Pada beberapa kasus, batu yang berukuran kecil yang tidak menimbulkan gejala, dapat diobservasi selama 30 hari untuk melihat apakah dapat keluar dengan sendirinya sebelum diputuskan untuk dilakukan intervensi bedah. Tindakan bedah yang cepat, perlu dilakukan pada pasien yang hanya mempunyai satu ginjal, nyeri yang sangat hebat, atau adanya ginjal yang terinfeksi yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.

Penghilang rasa sakit
Obat penghilang rasa sakit yang paling cocok untuk nyeri karena batu ginjal adalah golongan narkotika seperti morfin, demerol, atau dilaudid. Namun standar saat ini untuk menghilangkan nyeri akut karena batu ginjal adalah penyuntikan ketorolak melalui pembuluh darah.

Intervensi bedah

  • Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), tehnik ini menggunakan getaran gelombang untuk memecahkan batu dari luar sehingga batu menjadi serpihan kecil yang pada akhirnya dapat keluar dengan sendirinya.
  • Percutaneus nephrolithotomy atau pembedahan terbuka dapat dilakukan pada batu ginjal yang besar atau yang mengalami komplikasi atau untuk batu yang tidak berhasil dikeluarkan dengan cara ESWL.

Pencegahan

  • Minum banyak air putih sehingga produksi urin dapat me jadi 2-2,5 liter per hari
  • Diet rendah protein, nitrogen, dan garam
  • Hindari vitamin C berlebih, terutama yang berasal dari suplemen
  • Hindari mengonsumsi kalsium secara berlebihan
  • Konsumsi obat seperti thiazides, potasium sitrat, magnesium sitrat, dan allopurinol tergantung dari jenis batunya

Aborsi

Definisi

Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus” adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia 20 minggu kehamilan atau berat bayi kurang dari 500 g (ketika janin belum dapat hidup di luar kandungan).1 Angka kejadian aborsi meningkat dengan bertambahnya usia dan terdapatnya riwayat aborsi sebelumnya. Proses abortus dapat berlangsung secara :

  1. Spontan / alamiah (terjadi secara alami, tanpa tindakan apapun)
  2. Buatan / sengaja (aborsi yang dilakukan secara sengaja),
  3. Terapeutik / medis (aborsi yang dilakukan atas indikasi medik karena terdapatnya suatu permasalahan atau komplikasi).

Frekuensi terjadinya aborsi di Indonesia sangat sulit dihitung secara akurat karena banyaknya kasus aborsi buatan / sengaja yang tidak dilaporkan. Berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2 juta kasus aborsi yang terjadi setiap tahunnya. Pada penelitian di Amerika Serikat terdapat 1,2 – 1,6 juta aborsi yang disengaja dalam 10 tahun terakhir dan merupakan pilihan wanita Amerika untuk kehamilan yang tidak diinginkan. Secara keseluruhan, di seluruh dunia, aborsi adalah penyebab kematian yang paling utama dibandingkan kanker maupun penyakit jantung.

Alasan

Aborsi yang dilakukan seorang wanita hamil memiliki berbagai macam alasan, baik alasan medis maupun alasan non medis. Menurut studi dari Aida Torres dan Jacqueline Sarroch Forrest (1998), menyatakan bahwa hanya 1 % kasus aborsi karena perkosaan atau incest (hubungan intim satu darah), 3 % karena membahayakan nyawa calon ibu, dan 3 % karena janin akan tumbuh dengan cacat tubuh yang serius. Sedangkan 93 % kasus aborsi lainnya adalah karena alasan-alasan non medis diantaranya adalah tidak ingin memiliki anak dengan alasan takut mengganggu karir atau sekolah, tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak, dan tidak ingin memiliki anak tanpa ayah.

Penyebab

Penyebab abortus spontan bervariasi meliputi infeksi, faktor hormonal, kelainan bentuk rahim, faktor imunologi (kekebalan tubuh), dan penyakit dari ibu. Penyebab abortus pada umumnya terbagi atas faktor janin dan faktor ibu.

Faktor Janin

Pada umumnya abortus spontan yang terjadi karena faktor janin disebabkan karena terdapatnya kelainan pada perkembangan janin [seperti kelainan kromosom (genetik)], gangguan pada ari-ari, maupun kecelakaan pada janin. Frekuensi terjadinya kelainan kromosom (genetik) pada triwulan pertama berkisar sebesar 60%.

Faktor ibu

Beberapa hal yang berkaitan dengan faktor ibu yang dapat menyebabkan abortus spontan adalah faktor genetik orangtua yang berperan sebagai carrier (pembawa) di dalam kelainan genetik; infeksi pada kehamilan seperti herpes simpleks virus, cytomegalovirus, sifilis, gonorrhea; kelainan hormonal seperti hipertiroid, kencing manis yang tidak terkontrol; kelainan jantung; kelainan bawaan dari rahim, seperti rahim bikornu (rahim yang bertanduk), rahim yang bersepta (memiliki selaput pembatas di dalamnya) maupun parut rahim akibat riwayat kuret atau operasi rahim sebelumnya. Mioma pada rahim juga berkaitan dengan angka kejadian aborsi spontan.

Faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya abortus adalah :

  1. Usia ibu yang lanjut
  2. Riwayat kehamilan sebelumnya yang kurang baik
  3. Riwayat infertilitas (tidak memiliki anak)
  4. Adanya kelainan atau penyakit yang menyertai kehamilan
  5. Infeksi (cacar, toxoplasma, dll)
  6. Paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat-obatab, alkohol, radiasi)
  7. Trauma pada perut atau panggul pada 3 bulan pertama kehamilan
  8. Kelainan kromosom (genetik)

Tanda dan Gejala

  1. Nyeri perut bagian bawah
  2. Keram pada rahim
  3. Nyeri pada punggung
  4. Perdarahan dari kemaluan
  5. Pembukaan leher rahim
  6. Pengeluaran janin dari dalam rahim

Proses abortus sendiri terbagi atas :

Abortus imminens

Abortus imminens adalah terjadinya perdarahan dari rahim sebelum kehamilan mencapai usia 20 minggu, dimana janin masih berada di dalam rahim dan tanpa disertai pembukaan dari leher rahim. Apabila janin masih hidup maka kehamilan dapat dipertahankan, akan tetapi apabila janin mengalami kematian, maka dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dapat dilakukan dengan pemeriksaan USG (Ultrasonografi) untuk melihat gerakan dan denyut jantung janin. Denyut jantung janin dapat juga didengarkan melalui alat Doppler atau Laennec apabila janin sudah mencapai usia 12 – 16 minggu. Tatalaksana yang dilakukan meliputi istirahat baring.

Abortus insipiens

Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari rahim pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya pembukaan leher rahim, namun janin masih berada di dalam rahim. Pada tahapan ini terjadi perdarahan dari rahim dengan kontraksi yang semakin lama semakin kuat dan semakin sering, diikuti dengan pembukaan leher rahim.
Tatalaksana yang dilakukan adalah pengeluaran sisa hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) dengan infus oksitosin, dan / atau dengan kuretase.

Gambar 1. Kuretase

Abortus inkompletus

Pada abortus inkompletus, produk konsepsi (janin) sebagian sudah keluar akan tetapi masih ada sisa yang tertinggal di dalam rahim. Gejala yang terjadi adalah keram pada rahim disertai perdarahan rahim dalam jumlah banyak, terjadi pembukaan, dan sebagian jaringan keluar. Penanganan yang dilaksanakan adalah mengawasi kondisi ibu agar tetap stabil dan pengeluaran seluruh jaringan hasil konsepsi yang masih tertinggal di dalam rahim.

Abortus kompletus

Abortus kompletus ditandai dengan pengeluaran lengkap seluruh hasil konsepsi yang diikuti dengan sedikit perdarahan, dan nyeri. Tatalaksana yang dilakukan adalah peningkatan keadaan umum ibu.

Missed abortion

Pada kasus missed abortion, kematian janin terjadi tanpa adanya pengeluaran dari hasil konsepsi. Alasan mengapa janin yang meninggal tidak keluar masih belum jelas. Biasanya didahului dengan tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan. Tes kehamilan menjadi negatif, tanda-tanda kehamilan tidak ada, dan denyut jantung janin tidak dapat terdeteksi.

Abortus terapeutik

Abortus yang dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu atas pertimbangan kesehatan wanita, dimana apabila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya. Misalnya pada wanita dengan kelainan jantung. Dapat juga dilakukan atas pertimbangan kelainan janin yang berat.

Abortus septik

Abortus spontan dapat diikuti dengan komplikasi infeksi. Infeksi dapat terjadi akibat tindakan abortus yang tidak sesuai dengan prosedur (misalnya oleh dukun). Infeksi yang terjadi pada umumnya endometritis, yang bisa berkembang menjadi parametritis dan peritonitis.

Abortus berulang

Abortus berulang adalah abortus yang terjadi sebanyak 3 kali atau lebih pada 3 bulan pertama kehamilan. Abortus berulang primer terjadi pada wanita yang belum pernah memiliki anak yang hidup sebelumnya. Abortus berulang sekunder adalah abortus yang terjadi pada wanita yang sebelumnya sudah pernah memiliki anak lahir hidup.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan USG, pemeriksaan darah, dan pemeriksaan hormonal kadar B-hCG.

Tatalaksana pasca abortus

Pemeriksaan untuk mencari penyebab abortus spontan dengan menggunakan USG atau kadar B-hCG selama 1-2 bulan berikutnya. Sesudah mengalami abortus, ibu dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu gunakan kontrasepsi kondom atau pil).

Acne

Definisi

Jerawat (bahasa Inggris: acne) adalah penyakit kulit yang terjadi akibat gangguan berlebihan produksi kelenjar minyak (sebaceous gland) yang menyebabkan peradangan menahun dan penyumbatan saluran folikel rambut dan pori-pori kulit. Penyakit ini umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Selain menimbulkan bekas jerawat, hal lain yang ditakutkan adalah dapat membuat orang tersebut tidak percaya diri atau depresi. Jerawat biasa terdapat di bagian tubuh dengan kelenjar minyak terbanyak, yaitu di wajah, leher, bagian atas dada dan punggung.

Epidemiologi

Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara biasa. Hampir 100% orang pernah mengalami gangguan jerawat ini. Saat remaja, pria lebih sering terkena dibanding wanita. Namun saat dewasa muda, jerawat lebih mudah terjadi pada wanita dibanding pria. Meskipun pada pria umumnya jerawat lebih mudah berkurang, namun pada penelitian diketahui bahwa justru gejala yang lebih berat biasanya terjadi pada pria. Diketahui pula ras oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita jerawat dibanding dengan ras Kaukasia (Eropa, Amerika). Umumnya jerawat terjadi pada sekitar usia 14-17 tahun pada wanita, 16-19 tahun pada pria. Namun, jerawat tidak terbatas hanya sampai remaja. 12 % wanita dan 5 % pria pada usia 25 tahun mempunyai jerawat. Saat usia 45 tahun, 5 % wanita dan pria masih memiliki jerawat.

Penyebab

Jerawat terjadi bila folikel rambut tersumbat dengan minyak dan sel-sel kulit yang mati. Setiap folikel terhubung dengan kelenjar minyak (sebaceous gland). Kelenjar ini menghasilkan minyak yang disebut sebum untuk melubrikasi rambut dan kulit kepala. Sebum biasanya akan keluar ke permukaan folikel rambut, namun bila tubuh memproduksi sebum dalam jumlah yang berlebih, hal ini akan menyebabkan penyumbatan di folikel rambut. Sumbatan ini dapat muncul sampai ke permukaan dan menghitam, yang dinamakan komedo.

Gambar 1. Jerawat terbentuk bila sebum menyumbat folikel rambut

Walaupun penyebab yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada berbagai faktor yang diketahui berkaitan dengan penyakit ini :
  • Stress
  • Faktor hormonal. Salah satu faktor penting yang menyebabkan timbulnya jerawat adalah meningkatnya produksi hormon testosteron, yang dimiliki oleh tubuh pria maupun wanita. Hormon testosteron yang terdapat dalam tubuh pria maupun wanita memicu timbulnya jerawat dengan merangsang kelenjar minyak (sebaceous gland) untuk memproduksi minyak kulit (sebum) secara berlebihan.
  • Kelenjar minyak yang terlalu aktif
  • Keturunan dari orangtua
  • Bakteri di pori-pori kulit

Berbeda dengan anggapan yang beredar di masyarakat, makanan hanya mempunyai efek yang sedikit terhadap timbulnya jerawat. Jerawat juga tidak disebabkan oleh debu atau kotoran lainnya. Selain itu, menggosok kulit terlalu kuat atau membersihkan wajah dengan bahan kimia yang iritatif akan memperburuk jerawat.

Gejala

Bagian tubuh yang paling sering terkena adalah wajah, dada bagian atas, punggung. Lokasi kulit lain, misalnya leher dan lengan atas kadang-kadang terkena. Kelainan kulit yang terlihat antara lain papul yang tidak meradang dan pustul, terdapat komedo, terkadang terdapat nodus dan kista yang meradang. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan pasien adalah masalah estetika. Komedo merupakan gejala khas jerawat berupa papul kecil-kecil yang di tengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam disebut komedo hitam atau komedo terbuka (blackheads, open comedo). Sedangkan bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam disebut komedo putih atau komedo tertutup (whiteheads, close comedo).

Gambar 2. Jerawat di wajah Gambar 3. Jerawat di punggung


Pengobatan

Pengobatan jerawat dengan cara mengurangi produksi minyak, melawan infeksi bakteri, mempercepat pergantian sel kulit dan mengurangi peradangan. Sebagian besar obat-obatan jerawat belum memberikan hasil dalam 4-6 minggu pertama. Paling baik adalah produk yang mengandung benzoyl peroxide, karena bisa mengurangi infeksi di kulit, selain itu bisa menghilangkan lapisan kulit mati yang menyumbat pori. Selain itu dapat pula menggunakan produk yang mengandung sulfur, resorcinol atau asam salisilat. Ada pula produk yang mengandung antibiotik untuk menangkal infeksi. Produk yang mengandung vitamin A bisa digunakan tetapi mengandung efek samping.

Jika produk luar tidak efektif, obat-obatan yang diminum bisa dipertimbangkan. Obat jerawat yang mengandung antibiotik bisa digunakan sampai enam bulan. Obat ini akan bekerja melawan bakteri di kulit dan mengurangi produksi sebum. Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter kulit. Untuk jerawat yang tidak sembuh dengan pengobatan di atas, gunakan obat yang mengandung isotretinoin. Obat ini efektif, namun perlu pengawasan dokter, karena dapat menimbulkan efek samping yang buruk. Selain itu, wanita hamil tidak dianjurkan mengkonsumsi isotretinoin, karena dapat menyebabkan kecacatan pada janin. Kaum wanita bisa memilih menggunakan pil kontrasepsi untuk mengendalikan produksi hormon testosteron. Tidak semua wanita cocok dengan pil ini dan bisa berakibat jerawat muncul lebih banyak, untuk itu terapi pil ini harus dalam pengawasan dokter.

Katarak

Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat penambahan cairan di lensa, pemecahan protein lensa, atau kedua-duanya.

Katarak merupakan penyebab kebutaan utama yang dapat diobati di dunia pada saat ini. Sebagian besar katarak timbul pada usia tua sebagai akibat pajanan terus menerus terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi ultraviolet, dan peningkatan kadar gula darah. Katarak ini disebut sebagai katarak senilis (katarak terkait usia). Sejumlah kecil berhubungan dengan penyakit mata (glaukoma, ablasi, retinitis pigmentosa, trauma, uveitis, miopia tinggi, pengobatan tetes mata steroid, tumor intraokular) atau penyakit sistemik spesifik (diabetes, galaktosemia, hipokalsemia, steroid atau klorpromazin sistemik, rubela kongenital, distrofi miotonik, dermatitis atopik, sindrom Down, katarak turunan, radiasi sinar X).

Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan menurun. Secara umum, penurunan tajam penglihatan berhubungan langsung dengan kepadatan katarak.

Epidemiologi

Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar 10% orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang berusia antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia lebih dari 75 tahun.

Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada wanita dibanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio pria dan wanita adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun dan menjalani operasi katarak.

Gejala dan Tanda
Gejala utama yang dijumpai adalah penglihatan berkabut dan penglihatan yang semakin kabur. Pada gejala awal dapat terjadi penglihatan jauh kabur sedangkan penglihatan dekat sedikit membaik dibandingkan sebelumnya (second sight). Bila kualitas lensa memburuk atau terjadi kelelahan maka second sight ini akan menghilang. Gejala lain yang dijumpai pada katarak senilis adalah penigkatan rasa silau (glare). Pada lensa mata penderita katarak akan tampak bayangan putih. Selain itu dapat pula terjadi pandangan ganda, rabun senja dan terkadang membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca.

Pemeriksaan
Pada pasien katarak, dapat dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan. Tajam penglihatan biasanya akan sangat berkurang.

Tata laksana
Satu-satunya terapi untuk pasien katarak adalah bedah katarak dimana lensa diangkat dari mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau ekstrakapsular :

  • Ekstraksi intrakapsular (ICCE). Tehnik ini jarang dilakukan lagi sekarang.
  • Ekstraksi ekstrakapsular (ECCE). Pada tehnik ini, bagian depan kapsul dipotong dan diangkat, lensa dibuang dari mata, sehingga menyisakan kapsul bagian belakang. Lensa intraokuler buatan dapat dimasukkan ke dalam kapsul tersebut. Kejadian komplikasi setelah operasi lebih kecil kalau kapsul bagian belakang utuh.
  • Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi. Merupakan teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat lensa melalui irisan yang kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi. Teknik ini kurang efektif pada katarak yang padat.

Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasien mungkin meninggal sebelum diperlukan pembedahan. Apabila diperlukan pembedahan maka pengangkatan lensa akan memperbaiki ketajaman penglihatan pada >90% kasus. Sisanya mungkin telah mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya glaukoma, ablasio retina, atau infeksi yang mengambat pemulihan daya pandang. Adanya lensa intraokular dan lensa kontak kornea menyebabkan penyesuaian penglihatan setelah operasi katarak menjadi lebih mudah dibandingkan sewaktu hanya tersedia kacamata katarak yang tebal.

Dermatitis Atopik

Definisi

Dermatitis atopik adalah kelainan kulit yang sering terjadi pada bayi dan anak, yang biasa ditandai oleh rasa gatal, penyakit sering kambuh, dan distribusi lesi yang khas. Dermatitis atopik ini penyebabnya adalah multifaktorial, termasuk di antaranya faktor genetik, emosi, trauma, keringat, dan faktor imunologis.

Gejala dan tanda

Biasanya gejala dan tanda pada dermatitis atopik mulai timbul ketika usia 6 bulan, jarang sebelum usia 8 minggu. Umumnya dermatitis atopi sering mengalami kekambuhan, jarang sembuh 100%. Sebagian besar dermatitis atopi dapat sembuh dengan bertambahnya umur tetapi dapat juga menetap sampai usia dewasa.

Bentuk klinis dari dermatitis atopik terbagi atas:

  • Bentuk infantil (2 bulan – 2 tahun)
    Nama awam adalah eksema susu. Kelainan kulit berupa eritema berbatas tegas, dapat disertai papul-papul dan vesikel-vesikel miliar. Biasa mengenai daerah kedua pipi, tangan dan kaki.
  • Bentuk anak (3 – 10 tahun)
    Merupakan kelanjutan dari bentuk infantil. Kulit tampak lebih kering (xerosis) yang bersifat kronik dan mengenai daerah fleksura antekubiti (lipat lengan), poplitea (lipat paha), tangan kaki dan periorbita.
  • Bentuk dewasa (13 – 30 tahun)
    Kelanjutan dari bentuk infantil dan anak. Lesi selalu kering dan terdapat likenifikasi (kulit menjadi tebal dan keras). Distribusi ialah di tengkuk serta daerah fleksura antekubiti (lipat lengan), poplitea (lipat paha).

Diagnosis

Dari anamnesis pasien, dapat ditanyakan kebiasaan menggaruk (pruritus), eksema pada wajah dan ekstensor pada bayi, likenifikasi fleksural (dewasa), dermatitis kronik atau kronik residif.

Selain itu, ada beberapa hal yang biasanya dihubungkan dengan dermatitis atopi. Yaitu tanyakan stigmata atopi pada pasien atau keluarganya (asma, rinitis alergi, dermatitis atopik), infeksi kulit, xerosis, fisura periaurikular, IgE reaktif (peningkatan kadar di serum, RAST dan uji kulit positif), dan gambaran lain (katarak subkapsular anterior).

Pemeriksaan penunjang

Untuk mencari faktor atopi dapat dilakukan uji kulit alergen atau uji IgE spesifik.

Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi pada anak dengan dermatitis atopi yaitu alergi saluran napas dan infeksi kulit oleh kuman S. aureus dan H. simplex

Tata laksana

Identifikasi faktor pencetus dan menghindarinya, termasuk alergen makanan dan inhalan . Antihistamin sedatif diberikan untuk menghilangkan rasa gatal di malam hari, tetapi bila terdapat gejala saluran napas atau urtikaria konkomitan dapat digunakan antihistamin non sedatif

Antibiotik diberikan bila terdapat infeksi sekunder
Mencegah kekeringan kulit dengan menjaga hidrasi dan pemakaian emolien, hindari pemakaian sabun yang bersifat basa .

Pada kasus yang berat, pemberian kortikosteroid lokal secara sistemik dapat diberikan, namun harus diperhatikan efek sampingnya dan diberikan jangka pendek (4 hari).

Artritis Reumatoid (Rematik)

Definisi

Artritis Reumatoid (AR) salah satu dari beberapa penyakit rematik adalah suatu penyakit otoimun sistemik yang menyebabkan peradangan pada sendi. Penyakit ini ditandai oleh peradangan sinovium yang menetap, suatu sinovitis proliferatifa kronik non spesifik. Dengan berjalannya waktu, dapat terjadi erosi tulang, destruksi (kehancuran) rawan sendi dan kerusakan total sendi. Akhirnya, kondisi ini dapat pula mengenai berbagai organ tubuh.

Penyakit ini timbul akibat dari banyak faktor mulai dari genetik (keturunan) sampai pada gaya hidup kita (merokok). Salah satu teori nya adalah akibat dari sel darah putih yang berpindah dari aliran darah ke membran yang berada disekitar sendi.

Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis reumatoid adalah;

  • Jenis Kelamin.

Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki. Perbandingannya adalah 2-3:1.

  • Umur.

Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid juvenil)

  • Riwayat Keluarga.

Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit artritis rematoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.

  • Merokok.

Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

Gejala dan Tanda

Gejala dan tanda dari AR dapat dilihat sebagai berikut;

  • Nyeri sendi
  • Pembengkakan sendi
  • Nyeri sendi bila disentuh atau di tekan
  • Tangan kemerahan
  • Lemas
  • Kekakuan pada pagi hari yang bertahan sekitar 30 menit
  • Demam
  • Berat badan turun

Artritis reumatoid biasanya menyebabkan masalah dibeberapa sendi dalam waktu yang sama. Pada tahap awal biasanya mengenai sendi-sendi kecil seperti, pergelangan tangan, tangan, pergelangan kaki, dan kaki. Dalam perjalanan penyakitnya, selanjutnya akan mengenai sendi bahu, siku, lutut, panggul, rahang dan leher.

Pemeriksaan Tambahan

Pemeriksaan tambahan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaaan darah rutin. Orang dengan RA pemeriksaan rasio sedimen eritrosit (ESR) cenderung meningkat, pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya proses peradangan dalam tubuh. Pemeriksaan darah lain yang biasa nya dilakukan adalah pemeriksaan antibodi seperti faktor rheumatoid dan anti-CCP.

Selain itu juga dapat dilakukan analisa cairan sendi. Dokter anda akan mengambil cairan sendi dengan menggunakan jarum steril, lalu cairan sendi akan dianalisa apakah terdapat peningkatan kadar leukosit atau tidak dan juga dapat menyingkirkan kemungkinan penyakit rematik lainnya.

Pemeriksaan foto rontgen dilakukan untuk melihat progesifitas penyakit RA. Dari hasil foto dapat dilihat adanya kerusakan jaringan lunak maupun tulang. Pemeriksaaan ini dapat memonitor progresifitas dan kerusakan sendi jangka panjang.

Tata Laksana

Penyakit rheumatoid arthritis tidak dapat disembuhkan. Tujuan dari pengobatan adalah mengurangi peradangan sendi untuk mengurangi nyeri dan mencegah atau memperlambat kerusakan sendi. Secara umum pengobatan yang dapat dilakukan adalah pemberian obat-obatan dan operasi.

Dibawah ini adalah contoh-contoh obat yang dapat diberikan;

  • NSAIDs. Obat anti-infalamasi nonsteroid (NSAID) dapat mengurangi gejala nyeri dan mengurangi proses peradangan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah ibuprofen dan natrium naproxen. Golongan ini mempunyai risiko efek samping yang tinggi bila di konsumsi dalam jangka waktu yang lama.
  • Kortikosteroid. Golongan kortikosteroid seperti prednison dan metilprednisolon dapat mengurangi peradangan, nyeri dan memperlambat kerusakan sendi. Dalam jangka pendek kortikosteroid memberikan hasil yang sangat baik, namun bila di konsumsi dalam jangka panjang efektifitasnya berkurang dan memberikan efek samping yang serius.
  • Obat remitif (DMARD). Obat ini diberikan untuk pengobatan jangka panjang. Oleh karena itu diberikan pada stadium awal untuk memperlambat perjalanan penyakit dan melindungi sendi dan jaringan lunak disekitarnya dari kerusakan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah klorokuin, metotreksat salazopirin, dan garam emas.

Pembedahan menjadi pilihan apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil mencegah dan memperlambat kerusakan sendi. Pembedahan dapat mengembalikan fungsi dari sendi anda yang telah rusak. Prosedur yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan tendon, sinovektomi.

AIDS

AIDS (Aquired Immune Deficiency Syndrome)

Definisi

AIDS adalah suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh infeksi HIV(Human Immunodeficiency Virus) yang menyebabkan hilangnya kekebalan tubuh sehingga penderita mudah terjangkit penyakit infeksi. Dan pada kenyataannya ditemukan bahwa yang menyebabkan penderita AIDS meninggal adalah karena penyakit infeksi oportunistik dan bukan oleh karena infeksi HIV itu sendiri.

Imunodefisiensi adalah keadaan dimana terjadi penurunan atau ketiadaan respon imun normal. Keadaan ini dapat terjadi secara primer, yang pada umumnya disebabkan oleh kelainan genetik yang diturunkan, serta secara sekunder akibat penyakit utama lain seperti infeksi, pengobatan kemoterapi, sitostatika, radiasi, obat-obatan imunosupresan (menekan sistem kekebalan tubuh) atau pada usia lanjut dan malnutrisi (Kekurangan gizi). AIDS, acquired immunodeciency syndrome terjadi imunodefisiensi sekunder yang disebabkan oleh infeksi HIV. Kekurangan imunitas tubuh dapat dilihat dari kadar CD4 (kurang dari 200) dalam tubuh.

Gejala dan Tanda

Perjalanan klinik infeksi HIV terbagi atas tiga tahap yaitu, tahap akut yang berlangsung selama 3-12 minggu, tahap laten/kronik yang berlangsung antara tahun pertama hingga ke tujuh, dan tahap krisis yang terjadi pada tahun ke delapan hingga ke sebelas.

Seseorang dikatakan telah menderita AIDS apabila menunjukkan tes HIV positif dengan pemeriksaan yang sesuai dan sekurang-kurangnya didapatkan dua gejala mayor dan satu gejala minor, dan gejala-gejala ini bukan disebabkan oleh keadaan lain yang berkaitan dengan infeksi HIV

Gejala mayor :

  • Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
  • Diare berkepanjangan yang berlangsung lebih dari satu bulan
  • Demam berkepanjangan lebih dari satu bulan
  • Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis (saraf)
  • Demensia (penurunan ingatan/memori) /HIV ensefalopati

Gejala minor :

  • Batuk menetap lebih dari satu bulan
  • Dermatitis generalisata yang gatal
  • Adanya penyakit herpes zoster dibeberapa tempat dan atau berulang
  • Kandidiasis orofaringeal - Penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan
  • Limfadenopati generalisata – Pembesaran di semua kelenjar limfe
  • Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita

Pemeriksaan Tambahan

Untuk mengetahui apakah seseorang telah terinfeksi HIV, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan yang saat ini sering digunakan adalah tes antibodi, tes ini mudah dilaksanakan dan biayanya murah. Bila pada tes antibodi ditemukan hasil yang positif, maka pemeriksaan harus diulang dan bila masih positif dilakukan tes konfirmasi dengan tes Western Blot. Bila Western Blot tidak tersedia, maka hasil dinyatakan positif bila tes antibodi menunjukkan tiga kali hasil yang positif. Sebaliknya, hasil yang negatif dapat berarti seseorang tidak terinfeksi HIV atau masih berada dalam periode jendela.

Tata Laksana

Terapi yang diberikan pada penderita AIDS adalah terapi kausal (Penyebab), terapi suportif untuk meningkatkan keadaan umum pasien, dan terapi untuk infeksi oportunistik. Sebagai terapi kausal diberikan antiretroviral (ARV). Indikasi pemberian ARV adalah adanya bukti infeksi HIV dengan gejala atau infeksi HIV dengan pemeriksaan CD4 (salah satu sistem kekebalan tubuh) dibawah 200/mL. Jika pemeriksaan CD4 tidak dapat dilakukan, dapat digunakan pemeriksaan limfosit total. CD4 200/mL kurang lebih setara dengan limfosit total 1200sel/dL. ARV diberikan dengan cara kombinasi, hal ini berdasar atas bukti klinis yang menunjukkan bahwa inisiasi terapi menggunakan kombinasi dua atau lebih ARV memberikan hasil yang optimal.

Selama pemberian ARV, dilakukan pemantauan secara klinis dan laboratorium. Pemantauan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan hemoglobin (Hb), SGOT, SGPT, bilirubin, CD4, serta viral load. Terapi yang berhasil akan perbaikan gejala klinis, peningkatan CD4 dan viral load. Terapi yang efektif akan menunjukkan penurunan viral load setelah terapi selama 3-4 minggu. Dan beberapa penelitian menyatakan bahwa dalam 6 bulan terapi sekitar 80% dari penderita AIDS yang menggunakan ARV secara teratur dapat mencapai keadaan undetectable.

Hepatitis C

Definisi

Hepatitis C adalah peradangan pada hati yang disebabkan olhe virus hepatitis C (VHC). Infeksi virus ini dapat menyebabkan peradangan hati yang bersifat asimptomatik (tidak bergejala), apabila infeksi berlanjut akan menyebabkan sirosis hati dan kanker hati. Virus hepatitis C menyebar melalui kontak darah-ke-darah dari darah orang yang terinfeksi. Diperkirakan 150-200 juta orang di seluruh dunia terinfeksi VHC. Walaupun sudah ditemukan vaksin pada hepatitis A dan B, tidak ada vaksin yang dibuat untuk hepatitis C.

Gejala dan Tanda

Kebanyakan orang yang terinfeksi VHC tidak menimbulkan gejala. Jika menimbulkan gejala, akan timbul seperti penyakit flu, ditambah dengan:

  • Lemas, kecapaian
  • Mual dan penurunan nafsu makan
  • Nyeri otot dan sendi
  • Rasa tidak enak pada daerah hati

Apabila anda terkena hepatitis kronik (menahun) akibat HCV, anda dapat merasakan sedikit gejala diatas. Pada kebanyakan kasus gejala dan tanda tidak akan timbul dalam beberapa dekade. Bila timbul gejala maka anda akan merasakan;

  • Lemas
  • Penurunan nafsu makan
  • Mual muntah
  • Kekuningan yang tetap atau hilang timbul pada kulit dan mata (ikterik)
  • Demam yang tidak tinggi

Karena tidak menimbulkan gejala, maka sangat penting untuk anda memeriksakan darah untuk mengetahui apakah anda terinfeksi atau tidak, terutama yang mempunyai faktor risiko tinggi seperti petugas kesehatan, pengguna obat-obatan yang saling bertukaran jarum suntik.

Gambar : Faktor risiko dan kemungkinan gejala

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk mengetahui apakah anda terinfeksi. Bila terinfeksi VHC biasanya dokter akan lanjut memeriksa jumlah virus dalam darah dan genotip dari virus tersebut.

Pemeriksaan biopsi (pengambilan jaringan) hati juga dapat dilakukan, walaupun tidak terlalu signifikan untuk dapat mengetahui VHC tetapi dengan hasil biopsi akan dapat diketahui derajat berat ringannya penyakit dan bisa menjadi acuan pengobatan.

Tata Laksana

Pengobatan untuk hepatitis C bergantung dari hasil pemeriksaan laboratorium dan timbulnya gejala pada pasien. Pasien diobati jika pada pemeriksaan darah terdapat VHC, hasil biopsi menunjukkan adanya kerusakan hati dan adanya peningkatan enzim hati. Tujuan dari pengobatan adalah untuk mengurangi jumlah virus atau mempertahankan agar tidak bertambah dan mengurangi kemungkinan terjadinya sirosis hati dan kanker hati.

Pengobatan yang bisa dilakukan adalah penggunaan obat antivirus spektrum luas yaitu kombinasi injeksi interferon alfa dengan obat oral (diminum) ribavirin dua kali sehari. Obat ini digunakan selama 1 sampai 2 bulan bergantung dari jenis VHC. Perlu diperhatikan adalah efek samping yang ditimbulkan oleh obat anti virus tersebut.

Interferon-gejala flu, depresi, iritasi kulit, lemas, insomnia

Ribavirin-anemia, gatal-gatal, iritasi kulit, lemas, kelainan kongenital

Transplantasi hati dilakukan pada orang dengan gangguan hati yang sudah stadium akhir. Terapi ini belum terlalu berkembang di Indonesia, hal ini disebabkan oleh kurang nya donor organ. Transplantasi hati tidak menyembuhkan penyakit hepatitis C. Rekurensi hepatitis C sangat tinggi pada kebanyakan orang dengan tranplantasi hati.

Depresi

DEFINISI
Suatu keadaan umum dimana terjadinya pengurangan atau penurunan keadaan emosi dan mood dari suatu individu yang mengakibatkan gangguan di dalam aktivitasnya sehari-hari atau hilangnya fungsinya sebagai individu.

EPIDEMIOLOGI
Gangguan depresei adalah gangguan dengan kemungkinan diderita seumur hidup adalah kira-kira 15 persen, kemungkinan tertinggi terdapat pada wanita yang mencapai 25 persen. Angka kejadian gangguan depresi berat juga lebih tinggi daripada biasanya pada pasien perawatan primer yang mendekati 10 persen dan pada pasien medis rawat inap adalah 15 persen.
Menurut pengamatan terlepas dari budaya dan Negara, terdapat angka kejadian gangguan depresi berat yang dua kali lebih besar pada wanita dibandingkan laki-laki.
Pada umumnya usia awal mula untuk gangguan bipolar terentang dari usia anak-anak hingga 50 tahun. Rata-rata usia awal mula untuk depresi berat adalah berkisar antara 40 tahun.
Dari hal hubungan interpersonal, awal mula gangguan bipolar (depresi) terjadi pada pasangan yang memiliki hubungan yang erat, ataupun pasangan yang sudah bercerai atau hidup sendiri karena ditinggalkan oleh pasangannya.

ETIOLOGI
Dasar umum untuk gangguan depresif tidak diketahui. Faktor penyebab dapat dibagi menjadi faktor biologis, faktor keturunan dan faktor psikososial, ketiga faktor tersebut dapat berdiri sendiri-sendiri maupun saling terkait yang menjadi penyebab dari gangguan bipolar/depresi.

Faktor biologis
Telah dilaporkan berbagai kelainan di dalam metabolit amin biogenic seperti serotonin diduga telah berperan penting dalam hubungannya dengan depresi, hal ini diduga dari pemberian serotonin spesifik reuptake pada pengobatan pasien-pasien depresi . berbagai amin biogenic lainnya selain serotonin yang diduga berperan penting dalam patofisiologi depresi adal norepinefrin dan dopamin. Beberapa faktor neurokimia, walaupun dari hasil penelitian belum memuaskan pada saat ini , neurotransmitter GABA dan peptide neuro aktif diduga juga memiliki korelasi penyebab

Faktor keturunan
Dari hasil penelitian diduga secara kuat bahwa keturunan merupakan suatu faktor yang penting di dalam perkembangan mood seseorang. Tetapi pola penurunan keturunan belum menjadi jelas melalui mekanisme yang kompleks. Beberapa penelitian yang dilakukan adalah penelitian dalam keluarga , penelitian adopsi, penelitian anak kembar, dan penelitian yang berhubungan lainnya

Faktor Psikososial
Beberapa faktor psikososial yang berpengaruh adalah

  • Faktor Kehidupan dan Stress dari lingkungan
  • Faktor Kepribadian Pramorbid
  • Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamika
  • Ketidakberdayaan yang dipelajari
  • Teori kognitif

GEJALA DAN TANDA (DIAGNOSTIK)

  • Terdapat 5 (lima) atau lebih gejala yang ditemukan di bawah ini selama periode dua minggu yang sama dan mewakili perubahan dari fungsinya sebagai individu sebelumnya ( dari 5 gejala yang ada minimal ada salah satu gejala mood depresi atau hilangnya minat atau bahagia)
  • Mood depresi hampir sepanjang hari, setiap hari ( merasa atau tampak sedih atau kosong) PS: pada anak-anak atau remaja dapat bermanifestasi sebagai mood yang mudah tersinggung.
  • Hilangnya minat atau keseangan yang jelas pada semua aspek atau hampir semua aspek sepanjang hari hampir setiap hari.
  • Penurunan berat badan yang bermakna, tetapi individu yang bersangkutan tidak melakukan diet atau olahraga yang rutin.
  • Insomnia atau hipersomniat tiap harinya.
  • Agitasi atau redartasi psikomotor (aktivitas atau gerakan motorik )
  • Kelelahan atau hilangnya energi tiap hari
  • Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak tepat.
  • Hilangnya kemampuan untuk berpikir atau memutuskan sesuatu.
  • Pikiran akan kematian yang berulang.
  • Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi social, pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
  • Gejala bukan efek psikologis langsung dari obat
  • Gejala tidak lebih baik diterangkan oleh dukacita yaitu setelah kehilangan orang yang dicintai, gejala menetap lebih dari dua bulan atau diikuti oleh gangguan lainnya.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan pasien dengan depresi harus tepat pada sasarannya, yakni keamanan dari pasien harus terjamin, pemeriksaan diagnostik yang lengkap harus dilakukan, yang ketiga adalah rencana pengobatan harus secara menyeluruh, bukan hanya mengatasi gejala tetapi juga mengatasi penyebab dari depresi itu sendiri.
Keputusan pertama yang harus dilakukan adalah, apakah pasien harus dirawat di rumah sakit atau dirawat jalan. Indikasi jelas untuk perawatan rumah sakit adalah keperluan diagnostik, adanya resiko bunuh diri atau menyakiti orang lain dan penurunan kemampuan pasien untuk bertahan hidup, seperti makan, mandi, atau mendapatkan tempat berlindung.
Sebagian besar menyatakan kombinasi dari psikoterapi dan psikofarmaka adalah yang paling efektif untuk gangguan depresi. Beberapa psikoterapi jangka pendek yang dapet diterapkan adalah, terapi Kognitif, terapi interpersonal, dan terapi perilaku. Dan dari segi obat-obatan dapat digunakan antidepressant yang telah terbukti efektif, penggunaan Fluoxetin, paroxetin dan sertaline harus digunakan dalam pengawasan minimal 2 – 6 minggu.